Halaman

Filled Under:

APA ITU ILMU NAHWU DAN SHOROF

Nahwu dan sharaf adalah dua ilmu yang wajib dikuasai bagi mereka yang ingin memahami bahasa arab, dan bahasa arab adalah syarat mutlak bagi mereka yang ingin memahami agama Islam.  Pada awalnya bahasa arab ‘asli’ tidak mengenal adanya harakat (fathah, kasroh, dhommah)  maupun titik dan ini tentunya sangat menyulitkan, kalangan bangsa arab sendiri pada saat itu jarang yang bisa baca tulis, hanya saja ajaibnya, kebakuan susunan ketatabahasaan dan gramatika mereka tetap terjaga. Geliat kesusastraan yang melahirkan banyak syair-syair justru menjadi alat bukti (baca:dalil) atas kevalidan satu pola kebahasaan yang dibahas para nuhah  (pakar Nahwu) di kemudian hari. Kemudian dalam perkembangannya, bahasa arab diberi titik sehingga bisa dibedakan secara visual antara huruf  ب / ba (satu titik) dan huruf  ت ta (dua titik). Namun buat sebagian kalangan tetap saja itu masih sulit untuk ‘membunyikan’ huruf-huruf itu apakah dibaca ba, bi, atau bu. Disinilah kedua ilmu ini, yakni Nahwu dan Sharaf memiliki peranan.
Apa itu ilmu Nahwu …. ?
Secara literatur, ilmu nahwu didefinisikan sebagai
“ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip untuk mengenali kalimat-kalimat bahasa arab dari sisi i’rab dan bina’-nya”(Jamiud Duruus, Syaikh Musthafa). Namun simplenya adalah, dengan ilmu nahwu kita bisa mengenal bagaimana membunyikanbagian akhir dari satu kata dalam satu struktur kalimat. Contoh :
الحمد لله رب العالمين  
Al Hamdu lillahi rabbil ‘aalamiin
Mengapa huruf dal pada kata al-hamdu dibaca dengan dhommah (du), bukannya kasroh (di), atau fathah (da)..? Karena secara struktur kata al-hamdu berperan sebagai mubtada, yang mengawali satu kalimat, sehingga ia harus dibaca dhommah.
Mengapa huruf ha pada kata Allah dibaca hi, bukannya ha atau hu…? Karena lafazh Allah di atas didahului oleh huruf lam (bagi) yang menyebabkan ia harus dibaca kasrah, sehingga lafazh “li” + lafazh “Allah”  dibaca lillaahi
Maka dengan nahwu, kita bisa memahami bagaimana membunyikan bagian akhir dari satu kata. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kita membaca huruf pada awal dan pertengahan satu kata…? contohnya adalah مساجد (ma-saa-ji-du) / masjid-masjid, dengan nahwu kita bisa tahu apakah dia dibaca masjidu atau masajida, namun bagaimana kita bisa mengetahui harakat untuk huruf mim-sin-dan jim…? Di sinilah ilmu sharaf berperan
Apa itu ilmu Sharaf….?
Secara literatur, ilmu sharaf adalah  
“ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip untuk mengenal pola-pola kalimat dan kondisi-kondisinya” (Jamiud Durus).
Intinya adalah tiap kata dalam bahasa arab memiliki pola, contohnya ,  مساجد/ma-sa-ji-da masih satu pola dengan مفاعل ma-faa-i-la, dengan melihat pola ini maka kita bisa mengetahui bahwa cara membaca مفاتح adalah ma-faa-ti-ha, dan cara membaca مكارم adalah ma-kaa-ri-ma, dst …. lihatlah kesamaan pola-polanya ma-saa-jid : ma-faa-il : ma-faa-tih : ma-kaa-rim, dengan memahami satu pola kita bisa tahu bagaimana cara membaca kata-kata lain yang terlihat memiliki kesamaan bentuk dan pola dengan wazn / pola defaultnya. Adapun untuk membaca bagian akhirnya apakah ma-saa-ji-du atau ma-saa-ji-da, kita kembalikan pada prinsip / kaidah-kaidah nahwu.   


Apa untungnya memahami pola…?
Dengan memahami pola kita bisa menentukan asal satu kata, dan ini akan memudahkan kita dalam pencarian arti di kamus. Contohnya kata al-miizan  الميزان  (timbangan/neraca) di mana kata al-miizaan tersusun dari huruf mim-ya-zaa-alif-nuun (al / alif lam tak usah dihitung) lantas di mana kita cari arti kata miizaan di kamus, apakah di huruf م (miim), ي (yaa), ز  (zaai) , ا (alif), atau ن (nuun)…?  Jawabnya adalah huruf و (wawu). Karena kata al-miizaan adalah polamashdar (istilah English : gerund) dari kata asalnya yaitu وزن wa-za-na (menimbang).
Di sisi lain, dengan mengetahui arti satu kata asal dan memahami polanya, akanterlahir kosakata-kosakata lain yang dengan mudahnya kita terjemahkan tanpa harus melihat kamus, bila kita paham makna wa-za-na adalah menimbang, kemudian kita tahu bahwa al-miizaan adalah bentuk mashdar atau gerund(kata kerja yang dibendakan) dari kata wazana, maka kita akan paham bahwa kata al-miizaan adalah timbangan / neraca tanpa harus melihat kamus, meskipun untuk lebih aman tetap saja idealnya kita melihat ke kamus ^_^…
Hal seperti inilah yang kita dapati dari ilmu sharaf.
Abi dan Umi
Di kalangan pesantren ada istilah bahwa Nahwu adalah abb (Bapak) dan sharaf adalah umm (ibu). Maksudnya adalah bahwa peranan seorang abi adalah membenarkan, meluruskan kesalahan, menghukumi,  mendidik, dan mengarahkan. Maka disinilah peranan nahwu untuk mengarahkan bagaimana seharusnya satu kata dibunyikan. sementara peranan umi adalah melahirkan anak, disinilah sharaf dianalogikan dengan umi karena dari ilmu sharaf-lah terlahir beragam kosakatayang sesuai polanya masing-masing.
Mari Membuang Mitos
Realitanya, di kalangan komunitas dan keluarga agamis-awam ada mitos menyedihkan soal ilmu nahwu-shorof, di mana keduanya dianggap sebagai  ‘ilmu orang-orang khusus dan pilihan’, ‘hati-hati belajar sharaf‘, ‘perlu hati yang bersih untuk pelajari itu‘, ‘kalau nggak kuat bisa gila‘,‘nggak boleh sembarangan baca buku nahwu-sharaf,’… Ucapan-ucapan semacam ini sempat saya dengar beberapa tahun lalu. Dan ternyata mitos ini mengglobal, karena di kemudian hari, saya memiliki seorang kenalan yang mengajar di satu lembaga bahasa arab di tanah abang yang juga mengeluhkan mitos yang samayangmenghalangi umat Islam mempelajari agamanya.
Ya Allah Ya Rabb… padahal ini hanyalah pelajaran gramatika. Buat saya istilah katagana, hiragana, tsa-tsi-tsu-tse-to jauh lebih njelimet daripada balajar fa’ala – yaf’alu-fa’lan, tapi sampai hari ini belum ada orang yang berkata ‘hati-hati belajar bahasa jepang kalau nggak kuat bisa gila’
Mari Belajar Bahasa Arab…
Syaikhul Islam menegaskan bahwa menggunakan bahasa asing (non-arab) adalah bentuk tasyabbuh kepada kaum kuffar. Walaupun di kemudian hari para ulama membolehkan mempelajari bahasa asing dalam kadar adanya kemaslahatan bagi pribadi dan kaum muslimin dan masyarakat secara umum. Tapi intinya adalah seperti yang pernah saya dengar dari lisan Al Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, seorang ustadz, penulis kitab Ar Rasail, Syarah Aqidah Ahlussunnah, Doa & Wirid, serta buku-buku lainnya, beliau berkata : “Kalau belajar bahasa Jepang saja Antum bisa, bahasa Inggris saja Antum bisa… mengapa untuk bahasa arab tidak bisa…?”. 
Waalahul musta’aan
Sumber : https://muhammadadibshahab.wordpress.com/2016/11/09/apa-itu-ilmu-nahwu-dan-shorof/comment-page-1/#comment-1

Copyright @ 2013 zeinblogger.